Pada beberapa surat kabar, majalah, internet, radio di Amerika Serikat dan Eropa, beberapa tahun belakangan dikemukakan adanya “booming” tindakan reparasi selaput dara atau “hymenoplasty” (himenoplasti bila istilah ini dialihbahasakan). Atau disebut juga sebagai “hymen rejuvenation” ataupun “revirgination”. Biasanya tindakan ini jamak dilakukan oleh wanita-wanita berasal dari negara Timur Tengah dan Amerika Latin karena adat kebiasaan dan sosial budaya yang menekankan pada pentingnya keperawanan saat memasuki dunia perkawinan.
Peningkatan trend himenoplasti pada wanita di Perancis, Jerman, Kanada termasuk Amerika Serikat disampaikan oleh Esmeralda Vanegas, Pemilik the Ridgewood Health and Beauty Center di New York, bahwa “Permintaan himenoplasti meningkat hingga mencapai lima pasien tiap bulannya.Hymenoplasty dilakukan untuk menyenangkan suami atau pasangannya karena mengetahui bahwa pasangannya ingin bermesraan dengan seorang perawan” kata wanita kelahiran Kuba ini. Di Amerika Serikat, sebagian wanita melakukan revirginasi sebagai cara untuk meningkatkan kehidupan seksual, merasakan adanya “second honeymoon” bahkan diberikan sebagai kado hadiah hari valentine bagi suami dan pasangannya!
Jeanette Yarborough, perawat dari San Antonio, Texas , Amerika Serikat , mengatakan bahwa ia melakukan hymenoplasty, sebagai hadiah istimewa bagi suaminya pada ulang tahun pernikahan ke 16.” Saya tidak perawan lagi saat menikah dan saya kira tidak ada yang lebih baik dibanding revirginasi “ kata ibu berusia 40 tahun ini kepada kantor berita AFP. Saya ingin memberikah hadiah yang sentimentil dan ternyata suaminya sangat tersentuh !
Pada sebagian suku bangsa, hymen wanita dapat mempengaruhi prospek perkawinan, reputasi keluarga bahkan nyawa seseorang. Keperawanan pada saat menikah bernilai secara religi, sosial bahkan ekonomi.Di banyak budaya Mediteranian dan Afrika, keluarga pihak laki-laki menuntut balas secara kekerasan dan hukuman karena mempelai wanita yang tidak perawan yang telah mempermalukan keluarga mereka. Sehingga hymenoplasty dianggap sebagai “keharusan” untuk status sosial, kebahagiaan bahkan penyelamatan nyawa mereka.
Bagaimana dengan hymenoplasty di Indonesia? Dr. Prima Progestian, SpOG dari RS Muhammadiyah Taman Puring dan Brawijaya Women Hopital Jakarta melihat adanya trend yang sama. Permasalahan sosio kultural masih mendominasi keinginan untuk revirginasi. Bahkan tindakannya tidak hanya menyangkut pada “reparasi” selaput dara tapi juga pada genitalia wanita secara keseluruhan.
Secara medis seorang wanita dapat dilakukan tindakan rekonstruksi pada genital apabila mempunyai keluhan pada fisiknya, seperti bibir kemaluan kecil (labia minora) yang sangat menonjol sehingga menimbulkan luka dan nyeri saat berpakaian, adanya kelainan bawaan pada alat kelamin atau munculnya keluhan untuk buang air besar atau berkemih.
Hymenoplasty merupakan salah satu tindakan rekonstruksi pada genitalia wanita. Secara medis, rekonstuksi genitalia ada beberapa macam, antara lain: Vaginoplasty dilakukan pada wanita yang memiliki kelainan bawaan dimana tidak memiliki lubang vagina, sehingga membutuhkan “lubang” untuk dapat berhubungan dengan suaminya yang dilakukan ketika hendak menikah. Adapula tindakan untuk mengecilkan bibir kemaluan (labia mayora atau labia minora) atau Labiaplasty dilakukan pada wanita yang merasa kesakitan atau iritasi karena pertumbuhan bibir kemaluan yang berlebihan.
Ataupun dilakukan pengencangan rongga vagina bagian depan atau belakang yang menimbulkan masalah berkemih atau buang air besar karena prolaps kandung kemih atau rektum ke dalam vagina (sistokel atau rektokel). Tindakan vaginoplasty atau kolporafi otomatis akan memperkuat otot panggul dan vagina menjadi sempit. Jadi hasil akhir yang berakibat pada semakin harmonisnya hubungan dan kenikmatan seksual merupakan “efek samping” yang timbul akibat upaya rekonstruksi genital akibat faktor medis.
Walaupun demikian tindakan peremajaan organ intim atas indikasi non-medis untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kosmetika belum ada larangannya dilakukan. Tindakan rekonstruksi, peremajaan atau rejuvenation seperti hymenoplasty, vaginoplasty, clitoral hood reduction (clitoroplexy) dapat dilakukan secara pembiusan lokal atau umum dan tidak memerlukan rawat inap. Tindakannya bukanlah merupakan oeprasi besar walaupun membutuhkan kecakapan khusus untuk mengerjakannya.
Tindakan rekontruksi ini dapat dilakukan di Indonesia, jadi tidak perlu ke Singapura, Bangkok, India , Perancis, Amerika Serikat atau negara lain. Sehingga untuk mendapatkan kenyamanan, kepercayaan diri dan kepuasan berhubungan intim bahkan untuk memberikan hadiah kejutan untuk suami untuk “second honeymoon” tidak perlu membuang devisa negara.
Hubungi RS Muhammadiyah Taman Puring (021 7208358).