Cara sukses atasi tangisan bayi Anda dengan pahami bahasa bayi


Bayi baru lahir hingga berusia 3 bulan mengeluarkan suara tertentu sebagai respon terhadap ketidaknyamanan yang ia hadapi. Suara atau kata yang terucap masih merupakan refleks alami yang sudah tercipta dengan sendirinya, seperti refleks untuk mencari puting susu dan menghisapnya. Sebagai bentuk paling awal untuk berkomunikasi dengan orang lain, bayi melakukannya sambil menangis.
Adalah Priscilla Dunstan, seorang wanita berasal dari Australia, pada tahun 2006 menemukan adanya pola bahasa yang khas pada bayi untuk berkomunikasi dengan tangisannya. Dunstan dikabarkan memiliki bakat khusus yang berkaitan dengan bunyi. Sebagai seorang pemain biola, pada usia 5 tahun ia dapat memainkan komposisi Mozart dengan sekali mendengarkannya. Ia memiliki memori eidetic – memori fotografik terhadap suara. Ketika ia memiliki bayi, ia dapat mengerti keinginan bayinya berdasarkan suara yang ditimbulkan bayi saat menangis.

Menurut Dunstan , bayi mengeluarkan refleks suara. Orang dewasa masih juga mengeluarkan refleks suara dalam bentuk bersin, cegukan, atau sendawa. Pada bayi bila refleks suara menjadi tangisan maka akan muncul  “tangisan preemptif” sebagai bentuk permintaan bayi terhadap sesuatu yang  bila tidak diresponi , bayi akan melakukan tangisan histeris. Setelah usia 3 bulan, suara refleks bayi akan berubah menjadi “ocehan”.
Priscilla Dunstan menemukan ada 5 “kata” yang menjadi dasar bagi “Bahasa Bayi” (Dunstan baby language). Kelimanya secara universal diucapkan sama oleh semua bayi dengan tidak dibedakan oleh ras dan budaya orang tuanya. Bahasa bayi tersebut penting diketahui para orang tua agar mereka dapat merespon secara cepat dan efektif akan keinginan bayinya.
Lima kata sebagai “bahasa bayi “ diucapkan bayi berusia 0-3 bulan sebagai respon akan lapar, lelah/ngantuk, ingin bersendawa, perut kembung atau merasa tidak nyaman (ngompol atau buang air besar)

Lima bahasa bayi menurut Dunstan adalah:
1.    “Neh” : mengartikan “Saya lapar”
Bayi mengeluarkan suara “Neh” apabila lapar. Suara ini terjadi ketika refleks hisap tercetus dan lidah akan terdorong ke atas ke langit-langit mulut.

2.    “Owh” : mengartikan “Saya ngantuk”
Bayi mengeluarkan suara”Owh” apabila lelah dan mengatuk. Bunyi yang dikeluarkan mirip ketika kita menguap.
3.    “Heh”  : mengartikan “saya merasa tidak nyaman”
Bayi akan mengeluarkan suara “Heh” apabila merasa stres, tidak nyaman, popok yang basah oleh ompol atau kotoran feses. Suara sebagai respon akan refleks kulit misalnya saat merasa kepanasan atau gatal.

4.    “Eairh” : merasa kembung (lower gas)
Bayi mengeluarkan suara “Eairh” untuk menyatakan perutnya tidak enak (kembung atau sakit). Suara berasal dari terperangkapnya udara sendawa yang tidak dapat keluar sehingga masuk ke dalam lambung dimana otot usus berkontraski untuk mengeluarkannya Terkadang suara yang timbul menunjukkan adanya gerakan usus sedang bekerja. Bayi biasanya akan menekuk lutut dan mendekatkan kaki ke badannya. Gerakan kaki ini membantu proses pergerakan udara dalam usus.
5.    “Eh” : merasa ingin disendawakan

Bayi mengeluarkan bunyi “Eh” apabila merasa ada gelembung gas besar terperangkap dalam dada dan secara refleks berusaha untuk mengeluarkan melalui mulut.

Para pakar linguistic mengkritik bahwa hipotesis Dunstan belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Walaupun demikian tidak ada salahnya para orangtua yang memiliki bayi mencoba mendengarkan 5 suara yang dikeluarkan bayi Anda agar anda dapat mengerti keinginan sang bayi dengan lebih cepat dan tepat. .


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *