Usia. Setelah usia 35, kuantitas dan kualitas sel telur mulai menurun. Tingkat kehilangan folikel bertambah, berakibat sel telur menjadi lebih sedikit dan kualitas lebih buruk, sehingga pembuahan menjadi lebih sukar. Wanita lebih dari 35 tahun juga berisiko lebih tinggi keguguran dan memiliki bayi dengan kelainan kromosom yang mengakibatkan kecacatan.
Merokok. Selain merusak saluran tuba fallopi dan mulut rahim, merokok meningkatkan risiko keguguran dan kehamilan ektopik. Selain itu diperkirakan merusak indung telur. Sebaiknya wanita segera berhenti merokok sebelum mulai perawatan fertilitas.
Berat badan. Memiliki berat badan berlebih ataupun kebalikannya, sangat kurus, dapat menghambat terjadinya ovulasi normal. Mendapatkan indeks massa tubuh yang sehat (BMI) terbukti meningkatkan frekuensi ovulasi dan kemungkinan kehamilan.
Riwayat seksual. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonorea bisa menyebabkan kerusakan saluran tuba fallopi. Memiliki perilaku hubungan seksual yang tidak sehat seperti berganti-ganti pasangan seksual dan hubungan seksual yang tidak aman meningkatkan kesempatan untuk terinfeksi penyakit menular seksual (STD) yang mungkin menyebabkan masalah fertilitas kemudian.
Alkohol. Minum alkohol dikaitkan dengan risiko gangguan ovulasi yang meningkat dan endometriosis.
Kafein. Mengkonsumsi lebih dari enam cangkir kopi sehari (900 miligram kafein) mungkin mengurangi fertilitas.